Sabtu, 28 September 2013

HAK UNTUK MALAS (Halaman 35)



setiap menit kerja mesin ini setara dengan seratus jam kerja buruh perempuan itu, atau sekali lagi, setiap menit kerja mesin ini memberi perempuan kerja itu sepuluh hari waktu istirahat. Yang berlaku dalam industri perajutan lebih-kurang juga berlaku di semua industri yang direkonstruksi oleh permesinan modern. Tetapi apa yang kini kita lihat? Seiring mesin disempurnakan dan mampu melakukan kerja manusia dengan keceepatan dan ketepatan yang semakin meningkat, buruh, bukannya memperpanjang waktu istirahat dari yang sebelumnya, malah melipatgandakan semangatnya seolah ingin menyaingi mesin. Oh, kompetisi yang absurd dan mendatangkan kematian!

Bahwa persaingan antara manusia dan mesin bisa berlangsung secara bebas, kaum proletar telah menghapuskan hukum-hukum bijak yang membatasi kerja pekerja tangan di gilda-gilda zaman kuno; mereka telah meniadakan hari libur.[18]

__________
[18] Di bawah rezim lama, perundang-undangan gereja menjamin adanya sembilan puluh hari istirahat bagi buruh, lima puluh dua hari Minggu dan tiga puluh delapan hari libur, yang selama masa itu mereka dilarang keras untuk bekerja. Ini adalah kesalahan besar agama Katholik, penyebab utama ketidakberagamaan borjuasi industri dan komersial: di bawah revolusi, begitu berada dalam posisi pengontrol, mereka menghapuskan hari-hari libur dan mengganti pekan yang terdiri atas tujuh hari dengan pekan sepuluh hari, agar orang-orang tidak bisa lagi punya lebih dari satu hari istirahat dalam sepuluh hari. Borjuasi membebaskan buruh dari cengkeraman gereja justru agar bisa menundukkan mereka ke dalam cengkeraman kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar