setiap menit kerja mesin ini
setara dengan seratus jam kerja buruh perempuan itu, atau sekali lagi, setiap
menit kerja mesin ini memberi perempuan kerja itu sepuluh hari waktu istirahat.
Yang berlaku dalam industri perajutan lebih-kurang juga berlaku di semua
industri yang direkonstruksi oleh permesinan modern. Tetapi apa yang kini kita
lihat? Seiring mesin disempurnakan dan mampu melakukan kerja manusia dengan
keceepatan dan ketepatan yang semakin meningkat, buruh, bukannya memperpanjang
waktu istirahat dari yang sebelumnya, malah melipatgandakan semangatnya seolah
ingin menyaingi mesin. Oh, kompetisi yang absurd dan mendatangkan kematian!
Bahwa persaingan antara
manusia dan mesin bisa berlangsung secara bebas, kaum proletar telah
menghapuskan hukum-hukum bijak yang membatasi kerja pekerja tangan di
gilda-gilda zaman kuno; mereka telah meniadakan hari libur.[18]
__________
[18] Di bawah rezim lama,
perundang-undangan gereja menjamin adanya sembilan puluh hari istirahat bagi
buruh, lima puluh dua hari Minggu dan tiga puluh delapan hari libur, yang
selama masa itu mereka dilarang keras untuk bekerja. Ini adalah kesalahan besar
agama Katholik, penyebab utama ketidakberagamaan borjuasi industri dan
komersial: di bawah revolusi, begitu berada dalam posisi pengontrol, mereka
menghapuskan hari-hari libur dan mengganti pekan yang terdiri atas tujuh hari
dengan pekan sepuluh hari, agar orang-orang tidak bisa lagi punya lebih dari
satu hari istirahat dalam sepuluh hari. Borjuasi membebaskan buruh dari
cengkeraman gereja justru agar bisa menundukkan mereka ke dalam cengkeraman
kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar