BIOGRAFI PAUL LAFARGUE
Paul Lafargue (16 Juni 1842-26 November 1911) adalah seorang jurnalis sosialis Marxis revolusioner asal Pranscis, kritikus sastra, penulis dan aktivis politik. Dia menjadi menantu Karl Marx setelah dia menikah dengan putri kedua Marx, Laura. Karyanya yang paling popular adalah The Right to be Lazy. Lahir di Kuba dari orangtua asal Prancis dan Creole, Lafargue menghabiskan sebagian besar hidupnya di Prancis, dan juga pernah tinggal di Inggris dan Spanyol. Pada usia 69 tahun, dia dan Laura tewas dalam bunuh diri yang telah mereka rencanakan bersama.
Lafargue merupakan sebuah subyek dari ucapan Karl Marx yang terkenal. Tak lama sebelum meninggal dunia pada tahun 1883, Marx menulis sepucuk surat kepada Lafargue dan pemimpin Partai Pekerja Prancis, Jules Guesde, yang mana keduanya telah mengklaim diri mewakili prinsip-prinsip “Marxis”. Marx menuduh mereka “memperdagangkan frasa revolusioner” dan menuduh mereka menolak pentingnya nilai perjuangan-perjuangan reformis [1]. Perihal memperdagangkan frasa revolusioner inilah yang merupakan sumber ucapan Marx yang dilaporkan oleh Friedrich Engels: “Ce qui’il y a de certain c’est que moi, je ne suis pas Marxiste” (yang pasti ialah bahwa kalau mereka itu Marxis, maka saya sendiri bukanlah seorang Marxis).
Masa Awal dan Masa Pertama di Prancis
Lafargue lahir di Santiago de Cuba. Ayahnya adalah pemilik perkebunan kopi di Kuba, dan kekayaan keluarganya memungkinkan Lafargue untuk belajar di Santiago dan kemudian Prancis. Pada tahun 1851, keluarga Lafargue pindah ke Bordeaux – Lafargue menyelesaikan sekolah menengah di Toulouse, dan kemudian dia kuliah kedokteran di Paris.
Di sanalah Lafargue memulai karir intelektual dan politiknya, menganut filsafat positivis, dan menjalin kontak dengan kelompok-kelompok Republikan yang menentang Napoleon III. Karya Pierre-Joseph Proudhon tampaknya telah secara khusus mempengaruhinya pada fase ini. Sebagai seorang anarkis Proudhonian, Lafargue bergabung dengan seksi Prancis di International Workingmen’s Association (International Pertama). Namun demikian, dia segera berhubungan dengan dua dari tokoh paling menonjol dari kalangan pemikiran dan aksi revolusioner: Marx dan Auguste Blanqui, yang pengaruhnya telah memudarkan kecenderungan-kecenderungan anarkis pertama Lafargue muda.
Pada tahun 1865, setelah berpartisipasi dalam Kongres Mahasiswa International di Liege, Lafargue dicekal di semua Universitas di Prancis, dan terpaksa pindah ke London untuk memulai karir. Di sanalah dia sering mengunjungi rumah Marx, menemui puteri kedua Marx, Laura, yang kemudian menikah dengannya pada tahun 1868. Aktivitas politik Lafargue mengambil arah baru, dan dia dipilih menjadi anggota Dewan Umum Internasional Pertama, kemudian ditunjuk menjadi sekretaris koresponden untuk Spanyol. Akan tetapi, tampaknya Lafargue tidak berhasil menjalin kontak serius dengan kelompok-kelompok pekerja di negeri itu – Spanyol baru bergabung ke dalam gerakan internasional setelah Revolusi Cantonalist tahun 1868, sementara peristiwa-peristiwa seperti kedatangan anarkis Italia, Giuseppe Fanelli, membuat Spanyol menjadi kubu kuat Anarkisme (dan bukan aliran Marxis yang mana Lafargue memilih untuk mewakilinya).
Penentangan Lafargue pada Anarkisme menjadi terkenal ketika sekembalinya dia ke Prancis, dia menulis beebrapa artikel yang menyerang kecenderungan-kecenderungan Bakuninis yang sangat berpengaruh pada beberapa kelompok pekerja di Prancis. Rangkaian artikel ini menandai dimulainya karir panjang Lafargue sebagai seorang jurnalis politik.
Periode Spanyol
Setelah episode revolusioner Komune Paris pada tahun 1871, represi politik memaksanya untuk melarikan diri ke Spanyol. Dia akhirnya menetap di Madrid, dimana dia akhirnya berhubungan dengan para anggota Internasional di wilayah itu yang terhadap mereka pengaruhnya nanti akan sangat penting.
Tidak seperti bagian-bagian Eropa lainnya dimana Marxisme tumbuh subur hingga memainkan peran dominan, kaum revolusioner Spanyol kebanyakan adalah para pengikut faksi anarkis dari Internasional (mereka tetap masih sangat kuat sampai Perang Sipil Spanyol tahun 1930-an dan masa kediktatoran setelahnya). Lafargue menjadi terlibat dalam mengarahkan kembali kecenderungan ke arah Marxisme, aktivitas yang sebagian besar dikembangkan dibawah arahan Friedrich Engels dan menjadi jalin-menjalin dengan perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh kedua tendensi ini ditingkat Internasional – karena Federasi Spanyol di tingkat Internasional merupakan salah satu pilar utama kelompok anarkis.
Tugas yang diberikan Lafargue terutama terdiri atas tugas untuk menghimpun kepemimpinan Marxis di Madrid, sembari melakukan upaya pengaruh ideologis melalui artikel-artikel yang tak ditandatangani di koran La Emancipacion (dimana dia mempertahankan kebutuhan untuk membentuk suatu partai politik kelas pekerja, salah satu topik yang ditentang kaum anarkis). Pada saat yang sama, Lafargue berinisiatif melalui artikelnya, mengungkapkan ide-idenya sendiri tentang pengurangan hari kerja secara radikal (sebuah konsep yang tidak sepenuhnya asing dalam pemikiran orisinal Marx) yang dimulai agar muncul.
Pada tahun 1872, setelah sebuah serangan publik di La Emancipacion terhadap Dewan Federal Anarkis yang baru, Federasi Madrid memecat para penandatanganan artikel itu, yang kemudian segera bergerak dengan mendirikan Federasi Madrid Baru, sebuah kelompok yang memiliki pengaruh terbatas. Aktivitas Lafargue sebagai aktivis Spanyol adalah mewakili kelompok minoritas Marxis ini pada Kongres di Hague tahun 1872 yang menandai berakhirnya Internasional Pertama sebagai kelompok unitarian dari semua sosialis.
Periode Prancis Kedua
Antara tahun 1873 dan 1882, Paul Lafargue tinggal di London dan menghindari mempraktekkan ilmu kedokterannya karena ia menjadi kehilangan kepercayaan pada ilmu ini. Dia membuka sebuah usaha fotolitografi (proses mencetak dengan menggunakan foto dan plat logam), namun pendapatan yang terbatas memaksa dirinya untuk beberapa kali meminta uang kepada Engels (yang merupakan pemilik beberapa usaha industri). Berkat bantuan Engels, dari London dia kembali bisa berhubungan dengan gerakan pekerja Prancis setelah gerakan ini mulai mendapatkan kembali pijakannya yang hilang akibat represi reaksioner di bawah kekuasaan Adolphe Thiers selama tahun-tahun pertama Republik Ketiga.
Mulai tahun 1880, Lafargue kembali bekerja sebagai editor koran L’Egalite. Pada tahun yang sama, dan di halaman-halaman terbitan itu, Lafargue mulai menerbitkan draft pertama The Right to be Lazy. Pada tahun 1882, dia mulai bekerja di sebuah perusahaan asuransi, yang memungkinkan dirinya untuk kembali ke Paris dan masuk kembali ke dalam lingkar inti politik sosialis Prancis. Bersama Jules Guesde dan Gabriel Deville, dia mulai mengarahkan aktivitas-aktivitas Partai Pekerja Prancis yang baru saja berdiri (Parti Ouvrier Francais/POF), yang dia pimpin ke arah perjuangan berhadapan dengan opsi-opsi sayap kiri besar lainnya: Anarkisme maupun kaum Radical ‘Jacobin’ dan Blanquis.
Sejak saat itu dan sampai kematiannya, Lafargue tetap menjadi teoritisi POF yang paling dihormati, bukan sekedar meluaskan doktrin-doktrin orisinal Marxis, tetapi juga menambahkan ide-ide orisinalnya sendiri. Dia juga berperan aktif dalam aktivitas-aktivitas publik seperti pemogokan dan pemilu, dan dipenjara beberapa kali.
Pada tahun 1891, meski berada dalam tahanan polisi, dia terpilih menjadi anggota Parlemen Prancis untuk Lille, merupakan orang pertama dari kalangan Sosialis Prancis yang menduduki posisi seperti itu. Keberhasilannya ini nantinya akan mendorong POF untuk terus terlibat dalam aktivitas-aktivitas elektoral, dan cukup besar mengabaikan kebijakan-kebijakan insureksional dari periode sebelumnya.
Kendati demikian, Lafargue terus melanjutkan pembelaannya atas ortodoksi Marxis menentang tendensi reformis, seperti ditunjukkan secara jelas oleh pertikaiannya dengan Jean Jaures, maupun penolakannya untuk ambil bagian dalam pemerintahan ‘borjuis’ apa pun.
Kendati demikian, Lafargue terus melanjutkan pembelaannya atas ortodoksi Marxis menentang tendensi reformis, seperti ditunjukkan secara jelas oleh pertikaiannya dengan Jean Jaures, maupun penolakannya untuk ambil bagian dalam pemerintahan ‘borjuis’ apa pun.
Tahun-tahun Terakhir dan Bunuh Diri
Pada tahun 1908, tendensi-tendensi soialis yang berbeda menyatu dalam satu partai setelah sebuah kongres di Toulouse. Lafargue melakukan upaya habis-habisan dalam pertemuan itu, dimana dia berdebat sengit dalam reformisme demokrat sosial yang dipertahankan oleh Jaures.
Pada tahun-tahun terakhir ini, Lafargue telah mengambil jarak dengan segala bentuk aktivitas politik. Dia tinggal di pinggiran Paris, di desa Draveil, dan membatasi kontribusinya bagi sejumlah artikel dan essai maupun kontak dengan beberapa aktivis sosialis yang paling terkemuka di masa itu seperti Karl Kautsky dan Hjalmar Branting dari generasi tua, dan Karl Liebknecht ataupun Vladimir Lenin dari generasi muda. Di rumah di desa Draveil itulah Paul dan Laura lafargue mengakhiri hidup mereka – kejadian yang menimbulkan kekagetan, bahkan kemarahan, dikalangan sosialis Prancis di Eropa.
Dia telah menulis surat pada kesempatan itu:
“Kesehatan tubuh dan jiwa, saya memberikan kematian kepada diri saya sebelum usia tua yang tak tertanggungkan, yang telah mencuri dari diri saya satu demi satu kenikmatan dan kesenangan hidup, dan yang telah menjauhkan saya dari kekuatan fisik dan intelektual saya, melumpuhkan tenaga saya dan berakhir dengan lumpuhnya kemauan keras saya, membuat saya menjadi beban bagi diri saya sendiri dan bagi orang lain.
Sejak bertahun-tahun yang lalu saya telah berjanji kepada diri saya untuk tidak hidup lebih dari usia tujuh puluh tahun. Saya telah memastikan saat untuk keberangkatan saya meninggalkan kehidupan ini dan telah menyiapkan cara untuk melaksanakan keputusan ini: sebuah suntikan hipodermik berisi hidrosianik.
Saya mati dengan kebahagian puncak berupa memiliki keyakinan bahwa dalam waktu sangat dekat akan segera berjaya tujuan yang untuk itu saya telah mengabdikan diri saya sejak 45 tahun yang lalu.
Hidup Komunisme! Panjang umur Internasional!”
Kebanyakan pemimpin sosialis baik secara publik ataupun pribadi menyesalkan keputusannya. Sedikit dari pemimpin sosialis, terutama pemimpin Anarkis Spanyol, Anselmo Lorenzo, yang merupakan rival utama Lafargue selama di tinggal di Spanyol, Menerima keputusannya dengan penuh pengertian. Lorenzo menulis setelah kematian Lafargue:
“Bunuh diri yang bersifat ganda, orisinal dan apapun yang dikatakan kaum unitarian, bahkan bunuh diri yang simpatik dari Paul Lafargue dan Laura Marx [di Spanyol, peremouan tetap memakai nama keluarga asalnya setelah menikah], yang mengetahui dapat hidup sebagai satu kesatuan dan sebagai kekasih, telah membangun kenangan-kenangan saya (...)
Lafargue adalah guru saya: kenangan tentang dia bagi saya sama pentingnya dengan kenangan tentang Fanelli.
(...) pada Lafargue ada dua aspek berbeda yang membuat dirinya tampak berada dalam kontradiksi yang konstan: berafiliasi dengan sosialisme, dia adalah seorang komunis-anarkis berdasarkan pendirian yang ditunjukkannya; namun sebagai musuh Bakunin, berdasarkan saran Marx, dia mencoba menghancurkan anarkisme. Dikarenakan cara keberadaan gandanya itu, dia menimbulkan efek yang berbeda pada orang-orang yang memiliki hubungan dengannya: orang-orang yang sederhana ditenangkan oleh optimisme-optimisme Lafargue, tetapi mereka, yang tersentuh oleh hasrat-hasrat yang membuat depresi, merubah persahabatan menjadi kebencian dan membuat isu-isu personal, perpecahan-perpecahan, dan membentuk organisasi-organisasi yang – dikarenakan karakter buruk sejak awalnya – akan selalu menghasilkan buah yang pahit (...)”[]
Karya-karya Lafargue:
- La Materialisme Economique Sociale de Karl Marx (1884)
- Cours d’Economie Sociale (1884)
- Le droit a la Paresse (1887)
- The Evolution of Propertyfrom Savagery to Civilization (1891); (Edisi Baru 1905)
- Le Socialisme Utopique (1892)
- Le Communisme et l’Evolution Economique (1892)
- Le Socialisme et la Coquete des Pouvoirs Publics (1899)
- Le Question de la Femme Paris (1904)
- Le Determinisme Economique de Karl Marx (1909)
- The Right to be Lazy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar