Sabtu, 14 September 2013

HAK UNTUK MALAS (Halaman 26)



mereka timpakan pada diri mereka sendiri selama masa kemakmuran pura-pura, adalah penyebab kesengsaraan mereka yang sekarang ini, tidak berlari ke lumbung-lumbung gandum dan berteriak: "Kami lapar, kami ingin makan! Benar bahwa kami tak punya uang sepeser pun, namun pengemis seperti kami inilah yang memanen gandum dan memetik anggur." Mereka tidak menyerbu gudang milik Bonnet atau pun Jujurieux, sang penemu biara industri, dan berteriak: "Tuan Bonnet, inilah para perempuan pekerjamu, para pekerja sutra, pemintal, penenun, mereka menggigil mengenaskan dibalik pakaian katunnya yang sudah penuh tambalan, namun merekalah yang telah memintal dan menenun jubah sutra para perempuan modis dari semua umat Kristen. Makhluk-makhluk miskin yang bekerja tiga belas jam sehari ini tidak punya waktu untuk memikirkan toilet mereka. Kini mereka lepas dari kerja dan punya waktu untuk bergemerisik di dalam sutra-sutra yang mereka buat. Sejak kehilangan gigi susunya, mereka telah mengabdikan dirinya untuk kemujuranmu dan hidup berpantang. Kini mereka dalam keadaan luang dan ingin menikmati sedikit buah dari kerjanya. Ayo Tuan Bonnet, berilah mereka sutramu, Tuan Harmel akan memberikan katun halusnya, Tuan Pouyer-Quertier memberikan kain citanya, Tuan Pinnet memberikan sepatu boot-nya untuk kaki kecil yang mengenaskan, kedinginan dan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar