Kamis, 29 Agustus 2013

HAK UNTUK MALAS (Halaman 21)



banyak perempuan yang pucat, seringkali berjalan bertelanjang kaki melewati lumpur, dan mereka yang tidak punya payung di saat hujan atau salju turun memakai celemek atau roknya untuk menutup kepalanya. Juga ada sejumlah besar anak yang smaa kotornya, sama pucatnya, dibalut dengan pakaian rombeng, berminyak karena terkena oli mesin yang jatuh ke tubuhnya saat mereka bekerja. Dului mereka terlindungi lebih baik dari hujan karena pakaian mereka tahan air; namun, berbeda dengan para perempuan yang baru disebutkan tadi, mereka tidak membawa bekalnya untuk hari itu dalam sebuah keranjang, melainkan membawa di tangannya atau menyembunyikan di balik pakaiannya sebisa mereka beberapa potong roti yang akan berguna bagi mereka untuk makanan sampai saatnya mereka pulang ke rumah.

Jadi, terhadap tegangnya hari panjang yang tak tertangguhkan (sedikitnya lima belas jam) ini, masih ditambahkan lagi bagi orang-orang malang itu letihnya perjalanan setiap hari yang menyakitkan. Konsekuensinya, mereka sampai di rumah dengan dipenuhi kebutuhan untuk tidur, dan keesokan harinya mereka bangun sebelum penuh istirahatnya agar bisa mencapai pabrik saat jam buka.

Kini lihatlah lubang-lubang dimana berjejalan orang-orang yang mondok di kota itu: "saya lihat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar