banyak perempuan yang pucat, seringkali berjalan bertelanjang kaki
melewati lumpur, dan mereka yang tidak punya payung di saat hujan atau salju
turun memakai celemek atau roknya untuk menutup kepalanya. Juga ada sejumlah
besar anak yang smaa kotornya, sama pucatnya, dibalut dengan pakaian rombeng,
berminyak karena terkena oli mesin yang jatuh ke tubuhnya saat mereka bekerja.
Dului mereka terlindungi lebih baik dari hujan karena pakaian mereka tahan air;
namun, berbeda dengan para perempuan yang baru disebutkan tadi, mereka tidak
membawa bekalnya untuk hari itu dalam sebuah keranjang, melainkan membawa di
tangannya atau menyembunyikan di balik pakaiannya sebisa mereka beberapa potong
roti yang akan berguna bagi mereka untuk makanan sampai saatnya mereka pulang
ke rumah.
Jadi, terhadap tegangnya hari panjang yang tak tertangguhkan (sedikitnya
lima belas jam) ini, masih ditambahkan lagi bagi orang-orang malang itu
letihnya perjalanan setiap hari yang menyakitkan. Konsekuensinya, mereka sampai
di rumah dengan dipenuhi kebutuhan untuk tidur, dan keesokan harinya mereka
bangun sebelum penuh istirahatnya agar bisa mencapai pabrik saat jam buka.
Kini lihatlah lubang-lubang dimana berjejalan orang-orang yang mondok di
kota itu: "saya lihat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar