Minggu, 10 November 2013

HAK UNTUK MALAS (Halaman 40)



yang para perempuan penjahitnya sampai mati saat membuatnya. Mereka selalu berganti pakaian seperti kumparan benang mulai pagi sampai malam, dari satu gaun ke gaun lainnya. Selama berjam-jam mereka menyerahkan kepala kosong (kepala yang tidak biasa dipakai berpikir) mereka kepada para seniman rambut, yang dengan konsekuensi apa pun bersikeras untuk meredakan hasratnya untuk membuat keriting (ikal) palsu. Dengan terikat dalam korsetnya, kakinya tertekan dalam sepatu boot-nya dan dengan mengenakan pakaian yang belahan dadanya sangat rendah hingga membuat wajah para lelaki yang memandangnya memerah malu, mereka berkeliling sepanjang malam pesta amal untuk mengumpulkan beberapa sen bagi orang-orang miskin -- jiwa-jiwa yang disucikan!

Untuk memenuhi fungsi sosialnya yang ganda berupa non-produsen dan konsumen berlebihan, kapitalis bukan hanya harus melanggar seleranya yang sederhana, menghilangkan kebiasaan bekerja kerasnya dari dua abad yang lalu dan menyerahkan dirinya kepada kemewahan yang tanpa batas, makanan berlebihan yang bahkan tak bisa dicerna dan pesta seks berlebihan yang mendatangkan penyakit kelamin, tetapi juga harus menarik sejumlah besar orang dari jajaran tenaga kerja produktif agar bisa memasukkan mereka ke dalam daftarnya sebagai pelayan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar