Jumat, 15 November 2013

HAK UNTUK MALAS (Halaman 43)



Begitu menetap dalam kemalasan absolut dan terdemoralisasi oleh kesenangan yang terpaksa, maka kelas kapitalis -- kendati ada kepedihan dalam jenis kehidupan barunya -- bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan baru ini. Segeralah mereka mulai melihat setiap perubahan dengan kengerian. Pemandangan berupa kondisi-kondisi kehidupan sengsara yang dengan tunduk diterima oleh kelas pekerja, dan pandangan tentang kemerosotan organik yang disebabkan oleh hasrat bejatnya akan kerja, meningkatkan keengganannya terhadap semua kerja wajib dan segala pembatasan terhadap kesenangan-kesenangan mereka. Persis di saat itulah, tanpa mempertimbangkan demoralisasi yang telah dipaksakan oleh kelas kapitalis kepada dirinya sendiri sebagai sebuah tugas sosial, kaum proletar mencamkan ke kepala mereka untuk membebankan kerja kepada kaum kapitalis. Tanpa pretensi sebagaimana adanya, mereka menganggap serius teori-teori tentang kerja yang diproklamirkan oleh para ekonom dan para moralis, dan menyiapkan punggungnya untuk membebankan praktek dari teori-teori ini kepada para kapitalis. Proletariat pun membentangkan spanduk: "Siapa yang tidak mau bekerja, dia juga tidak akan makan." Lyons pada tahun 1831 bangkit untuk peluru ataukah kerja. Para buruh yang berfederasi pada bulan Maret 1871 menyebut kebangkitan mereka sebagai "Revolusi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar