Kamis, 20 Juni 2013

HAK UNTUK MALAS (halaman 17)



bahagia, yang sedang mengandung dan menyusui bayi-bayinya, dipaksa pergi ke pertambangan dan pabrik untuk membungkukkan punggungnya dan meletihkan syarafnya. Dengan tangannya sendiri mereka telah menghancurkan kehidupan dna semangat anak-anak mereka. Kaum proletar yang memalukan! Dimana nyonya-nyonya rumah yang ramah itu, yang diceritakan dalam fabel dan dongeng lama kita, yang berani dan terus-terang dalam berbicara, para pecinta Bacchus. Dimana gadis-gadis montok yang selalu bergerak itu, selalu memasak, selalu bernyanyi, selalu menebar kehidupan, memunculkan kesenangan hidup, melahirkan--tanpa rasa sakit--anak-anak yang sehat dan kuat?... Yang kita punya sekarang adalah para remaja putri dan perempuan pabrik, bunga-bunga yang layu terkulai, dengan darah yang lesu, dengan perut yang terganggu, dengan tangan dan kaki yang lemah... Mereka tidak pernah mengenal kesenangan dari suatu hasrat yang sehat, juga tidak mampu menceritakan kesenangan itu dengan sukaria! Dan anak-anak itu? Dua belas jam kerja untuk anak-anak! oh, kesengsaraan. Tapi bukanlah segala segala Jules Simon dari kalangan Akademi Ilmu Moral dan Politik, bukan segala orang Jerman dari kalangan Jesuitisme, yang telah menciptakan suatu kejahatan yang lebih memerosotkan intelijensi anak-anak itu, yang lebih menggerogoti naluri mereka, yang lebih


Tidak ada komentar:

Posting Komentar