Jumat, 12 Agustus 2011

Anarki: Sebuah Panduan Grafis

THE COME-OUTERS


Pada jantung gerakan anti-perbudakan di Amerika tahun 1840an terdapat sebuah kelompok anarkis yang kuat dan berpengaruh yang dikenal dengan nama Come-Outers, atau Non-Organisasionist.

Come-Outers memiliki pengaruh yang kuat di daerah Cape Cod, di daerah tersebut mereka mencapai jumlah 300an orang, tempat lainnya yaitu di antara para pekerja tekstil di Lynn, Massachusetts. Penolakan mereka terhadap perbudakan di bagian selatan berkembang dan berujung pada ketidakpercayaan mereka kepada gereja, juga pemerintah dan tiap bentuk “belenggu sosial”, termasuk perkawinan dan ketidaksetaraan divisi seks. Banyak dari penghuni Cape Cod melecehkan uang dan properti, bertelanjang di waktu musim panas, dan mengejar sebuah kehidupan “pemerintahan-mandiri yang penuh harmoni”: sebuah masyarakat anarkis yang hukumnya tidak tertulis dan didasari atas nilai moral yang disetujui oleh komunitas.

Kakak-beradik Sarah dan Angelina Grimke lari dari apa yang mereka sebut sebagai, “belenggu spiritual dan ajaran-ajaran rohani” dari gereja-gereja untuk kemudian bergabung dengan Come-Outers. Mereka menyerukan pada semua orang untuk bergabung dalam perlawanan tanpa-kekerasan yang mereka usung terhadap setiap perbudakan, penolakan untuk menghadiri pelayanan gereja maupun membayar pajak. Angelina, yang menolak untuk menikahi seorang pendeta ataupun, “mengikat dirinya dengan sumpah-sumpah,” menikahi Theodore Weld, sang kekasih-hatinya lewat sebuah upacara perkawinan yang dibuat oleh teman-teman mereka sendiri.

Kebanyakan dari mereka tertarik untuk menjalani hidup yang bebas dari belenggu gereja dan membangun komunitas mereka sendiri yang saling membantu. Sekelompok wanita dan pria berjuang mencari cara-cara hidup yang baru dan berhubungan satu sama lain di dalam kesetaraan, kemerdekaan dan nurani individual. Beberapa di antaranya, seperti France Wright, adalah orang yang aktif sebagai abolisionis dan mengkampanyekan hak-hak kaum wanita. Yang lainnya, seperti Josiah Warren, lebih tertarik menerjemahkan teori-teori ekonomi Proudhon ke dalam praktek.

Ketidakstabilan ekonomi dan berkembangnya perjuangan melawan perbudakan mengintensifkan alienasi dan derita yang dirasakan oleh para radikal ini. Mereka memandang Perang Sipil tahun 1860an sebagai sebuah horor. Banyaknya tentara yang mendaftarkan diri, kekerasan yang diorganisir negara, juga sistem pabrik yang eksis terjadi akibat hal tersebut, bagi mereka, ke semua hal tersebut merupakan perbudakan yang lebih hebat dari sebelumnya.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar